Wednesday, June 24, 2020

Persiapan Khusus Menjadi Penulis Produktif

 
Oleh Bagus Styoko Purwo


Saya meniatkan ikhtiar ini sebagai jalan menuju manusia beradab yang bermanfaat. Modal saya tidak banyak. Sebuah tab untuk mengetik, dua buah rak buku yang masing-masing terdapat beragam tema, dan sejumlah rencana sampai dengan akhir tahun 2020. Masuk awal 2021 target saya menjadi penulis produktif tercapai. 

Keinginan saya untuk menulis lancar tidak bisa ditunda lagi. Saya harus melatih diri. Memaksa diri membaca sekian lembar dari sekian buku per hari dan per minggu menyelesaikan sekian buku hingga per bulan semua buku yang saya pisahkan sebagai bahan-bahan membaca tuntas dibaca semua. Saya mengikuti saran agar dapat menulis lancar dan baik.

Lancar atau tidaknya menulis juga tergantung pembiasaan diri. Adakalanya saya merasa lancar menyelesaikan satu tema tertentu. Tapi sering juga saya merasa sulit mengembangkan paragraph. Dan akhirnya tulisan tidak selesai. Sangat tidak mudah agar terbiasa menulis setiap hari. Dan bahkan sangat sulit menjaga kestabilan kosentrasi ketika menyelesaikan tulisan.
Dalam usaha ini, setidaknya saya telah menyediakan sekitar lima belas bahan bacaan dari berbagai tema. Karya-karya para penulis besar ada di dalamnya. Saya sedang mengikuti pemikiran Mbah Nun dan bagaimana beliau menorehkan gagasan-gagasan seputar demokrasi. Saya membaca pemikiran Prof Komaruddin Hidayat seputar psikologi kematian. Saya selingi dengan membaca sedikitnya dua sub tema Majalah Cahaya Sufi dan puisi-puisi dalam Majalah Sastra Horison. Masih banyak lagi yang belum saya baca barang sepuluh hingga dua puluh lembar. 

Saya akan coba teguh menjalankan rutinitas membaca harian sebagai bagian mencicil bahan-bahan bacaan bulanan karena selama ini masih sangat jarang satu atau dua buku yang berhasil saya tamatkan. Sebabnya satu, saya mudah berpaling ke bahan bacaan yang lain.
Setiap hasil latihan yang telah saya lalui semoga dapat terus saya posting ke blog pribadi. Dalam proses yang sedang berjalan ini sebisa mungkin saya tidak mempublish hasil tulisan atau bentuk apa lah yang merupakan satu kesatuan dari usaha saya ini.

Saya perlu menuliskan lagi target pertama di bulan Juni 2020.

Pertama, menyelesaikan bahan-bahan bacaan dengan cara menyicil membaca setiap harinya minimal dua buku dan memberi tanda di halaman terakhir membaca
.
Kedua, menulis minimal 250 kata berdasarkan tema yang termuat di Buku Catatan untuk Calon Penulis. Terdapat dua puluh tema. Kalau sehari minimal dua tema, maka selama sepuluh hari bukan lagi alasan untuk menunda menyelesaikan latihan itu.

Ketiga, membuat ulasan untuk bahan-bahan bacaan saya per harinya. Sehari saya minimal membaca dua buah buku, setelahnya ulasan saya ketik sebanyak itu.

Keempat, setiap hari minimal dua kali postingan di blog pribadi saya. Jika sehari terlewatkan maka dihari berikutnya kewajiban dikalikan dua menjadi empat postingan.

Kelima, saya harus selalu menjaga niat agar latihan ini tidak diorientasikan untuk memperoleh uang, materi atau apa pun yang skalanya duniawi. Saya harus ikhlas sebagaimana nasehat Mbah Hasyim Asy'ari.

Keenam, waktu menulis diusahakan efektif dan efisien. Efektif berupa tulisan yang saya hasilkan sesuai dengan tema harian, bersumber dari bahan-bahan membaca dan semakin bagus narasinya. Efisien berupa waktu penyelesaian yang tidak berkepanjangan, menyelesaikan tulisan, lalu mengedit sebelum di posting ke blog.

Saya cukupkan dulu. Dan semoga yang saya tuliskan ini terlaksana dengan optimal. 

Babelan, 25 Juni 2020. Pukul 00.35 WIB

Wednesday, January 8, 2020

Mempraktekan Metode Buku Untuk Calon Penulis

Mempraktekan Metode Buku Untuk Calon Penulis
Oleh Bagus Styoko Purwo



Semoga permulaan ini membawa pengaruh besar dalam perkembangan keterampilan saya menulis. Saya masih berambisi menjadi penulis dalam skala luas. Saya mampu menulis opini, feature, cerpen, puisi, novel dan jurnal ilmiah. Mungkin ambisi itu tumbuh bersamaan dengan ketekunan saya di dunia pendidikan. Sebagai guru, tugas pengabdian saya tidak terbatas belajar dan mengajar.

Beruntung saya, di saat keinginan meningkatkan keterampilan menulis, terbitlah sebuah buku yang berjudul buku untuk calon penulis. Di tulis oleh penulis besar. Dulunya ia dikenal sebagai cerpenis. Sekarang dikenal Kepala Suku Mojok.co, investor Warmo -kafe di Jogja, punya penerbitan mayor. Saya sering membaca karya-karyanya di harian Kompas. Saat itu masih di bangku SMP. Saya memaksakan diri terus membaca cerpen-cerpen akhir pekan Kompas meski pemahaman saya terhadap pembacaan itu tidak tercapai. Baru kemudian di hari-hari ini kenikmatan proses membaca yang saya tekuni sejak dulu mendapatkan hasilnya. Membaca bagi saya adalah meruntutkan pesan-pesan kehidupan.

Buku yang memacu saya terus menulis ini, saya coba rumuskan penyederhaannya agar mudah di praktekan. Saya baca semua halaman.  Saya coba pahami setiap bagiannya. Inti-intinya saya dapati. Saya capture di tiga inti pengawalaannya. Lalu saya tulis di note di halaman yang menjelaskan bagian pertama. Untuk memulai sebuah pembiasaan baru, saya di uji dengan keadaan yang dinamis. Beberapa kali saya gagal. Terbawa kesibukan harian. Rumah tergenang banjir kiriman. Hingga kesulitan memanage waktu. Tapi kali ini saya tidak boleh kalah. Dalam dua puluh hari ke depan saya akan khatamkan buku ini. Dan kemajuan keterampilan menulis mutlak saya peroleh.

Rumus penyederhaan dalam buku ini.
1. Dalam setiap bagiannya, terserta lima sampai enam halaman kosong yang dimaksudkan sebagai media menuliskan gagasan. Gagasan yang dituangkan merupakan percikan dari materi (berupa nasehat, ajakan) di setiap bagiannya.
Karena saya bukan orang pintar dan masih susah memahami sesuatu hal, saya baca dua sampai tiga kali pesan di bagian yang hendak dituntaskan. Saya ambil beberapa kata kerja, kata benda, kata sifat atau frase-frase tertentu sebagai kata-kata kunci untuk mengembangkan gagasan. Bagi saya itu sangat penting. Saya kesulitan membagi gagasan secara general. Maka penggunaan kata-kata kunci nantinya, saya anggap sebagai pembagian gagasan. Dan sebelumnya tema utamanya sudah saya peroleh hasil dari membaca pesan.
2. Mulailah menulis berdasarkan kata-kata kunci yang terambil di bagian tertentu. Misalkan, di bagian pertama.

Halaman pertama (Di tulis #1). Sesungguhnya tidak ada penulis hebat. Yang ada hanyalah penulis yang terlatih dan penulis yang beruntung. Yang pertama bisa kita usahakan. Yang kedua bukan hanya tidak bisa kita usahakan, tapi juga tidak perlu kita pikirkan.

halaman kedua. Masalah utama seorang penulis adalah menulis. Maka mulailah menulis. Menulis tentang apa saja. Bebaskan diri Anda. Hilangkan semua kekhawatiran. Hapus cepat kata 'jangan-jangan' dari pikiran Anda. Mulailah...

Dari dua halaman itu saya bisa tentukan kata-kata kunci untuk mengembangkan gagasan/tema. Gagasan atau tema pada dasarnya sama.

Kata-kata kunci di halaman pertama menurut saya adalah penulis terlatih dan penulis hebat. Dua kata kunci itu saya bagi dalam dua sub gagasan.

Sedangkan kata-kata kunci di halaman kedua menurut saya lagi adalah menulislah dan bebaskan diri. Dua kata kunci itu dapat disisipkan dalam dua sub gagasan di atas. Tema yang saya usung adalah menjadi penulis. Judulnya mau seperti apakah saya nanti, penulis terlatih atau penulis beruntung.
Dalam setiap bagiannya rata-rata diberikan space sampai lima lembar halaman kosong. Artinya saya mesti berupaya menyelesaikan tema di atas sampai lima lembar halaman. Proses kreatif yang agak sedikit melelahkan bagi yang belum terbiasa. Perlu kesiapan kosakata dan permainan alur yang rapih. Bagi yang akan memulai agak sedikit terkendala. Namun bila sanggup melewati bagian pertama itu, di bagian-bagian lainnya hanya menyesuaikan saja.

Puthut EA, untuk kali ini menawarkan metode yang tidak melulu teoritis. Ia tidak mengajarkan langkah berbelit-belit untuk sekedar menulis. Bagi penulis pemula, menulislah dan abaikan teori ini itu, adalah upaya memperlancar turunnya kata-kata ke media yang di curahkan. Media pencurahan gagasan saya dalam dua puluh sesi ke depan menggunakan tablet. Saya harus mampu memanfaatkan waktu di berbagai kondisi dan tempat untuk menuntaskan praktek dalam buku ini.

Untuk memperlancar proses kreatif saya dalam menulis, pekerjaan yang telah saya selesaikan adalah membaca sekian karangan Puthut EA. Meski tidak secara tatap muka dan dibimbing secara intens olehnya, agar nuansa belajar begitu erat maka ketiga buku kumcer, tiga karangan novelnya dan sebuah kumpulan cerita sehari-harinya, saya baca dengan seksama. Saya dapati intisari dari semua yang ia kisahkan. Akhirnya saya dapat menulis, tapi masih terbawa pengaruh gaya kepenulisannya. Semoga segera saya dapati gaya kepenulisan saya sendiri.

Bekasi Kota, 09 Januari 2020
(Di selesaikan di sela-sela waktu menunggu peserta didik menyelesaikan studi kasus Usaha Dagang, di pelajaran Komputer Akuntansi)

Thursday, December 5, 2019

Menulis Setiap Hari Perlu Bagi Saya

Bagus Styoko Purwo

Minimal satu tulisan per hari, itu sudah bagus. Usaha membiasakan melatih menuangkan ide atau bercerita melalui tulisan. Adakalanya sulit betul membuat satu alenia. Baru satu kalimat mampet. Persis usaha menyelesaikan paragraph pertama ini.

Saya ingin terampil sekali menulis. Saya ingin mahir menuangkan opini, mengulas buku, menyusun cerpen, menyelesaikan novel, dan segala ide yang ada di kepala mudah tertuang di papan tablet atau di hadapan monitor pc.

Satu-satunya upaya saya harus membuat silabus belajar menulis. Selama satu minggu pertama, belajar mengulas buku-buku pilihan. Minggu ini jatuh pada buku yang berjudul Kitab Rasa. Saya menantang diri untuk membuat lebih dari tiga versi ulasan buku ini dan dikirimkan ke media cetak dan online.



Kesulitan mengulas buku saya rasakan pada pengambilan kesimpulan per bagian buku. Buku ini adalah kumcer terbaru Puthut EA. Hanya delapan cerpen, tapi saya membacanya lebih dari sekali. Bahkan masih saya buka lagi halaman yang hendak saya kutip.

Judul pertama untuk ulasan pertama sudah selesai. Saya juga harus membiasakan diri menyelesaikan tulisan. Nasehat mas Puthut agar menyelesaikan tulisan saya garis tebalkan sebagai sikap yg harus tertanam dalam seorang penulis. Iya, saya sedang berusaha menulis ulasan buku.

Semoga dalam satu minggu ini target tiga ulasan yang berbeda untuk satu buah buku berhasil saya lalui. Dan blog ini saya percayakan untuk mempublikasi tulisan-tulisan harian saya. Saya beri label LatihanMenulis.

Sekian

Thursday, November 7, 2019

Saatnya Milenials Berinvestasi


Bagus Styoko Purwo

Dambaan siapa saja, hidup berkecukupan, mudah mewujudkan hasrat diri, dan melewati masa senja tanpa lagi bersusah payah. Jalan untuk mendapati dambaan itu antara lain dengan bekerja cerdas yang optimal atau dengan cermat berinvestasi sedini mungkin. Mengawali pembahasan pendek tema ini, saya akan mengulas sedikit tentang apa yang di maksud bekerja cerdas yang optimal dan cermat berinvestasi sedini mungkin.

Bekerja cerdas tidak selalu selaras dengan bekerja keras. Bekerja cerdas selalu di mulai dengan pengamatan atas potensi diri. Memahami kekuatan dalam diri, menyesuaikan dengan lingkungan kerja. Setiap kita memiliki kekuatan diri yang beragam. Dengan melihat kemampuan diri kita dapat memetakan strategi bekerja guna hasil yang optimal.

Adapun bekerja keras adalah aktivitas yang bertumpu pada tenaga dan waktu. Memang keberhasilan apa pun tidak lepas dari kerja keras, namun shortcut keberhasilan memerlukan kecerdasan yang optimal.

Sedangkan cermat berinvestasi seperti ketepatan mengalokasikan uang untuk masa depan. Kecepatan uang berputar sering kali melengahkan kita sehingga uang yang mudah/dengan bersusah payah diperoleh habis dengan tidak mengesankan.

Kecermatan berinvestasi diperoleh dari membaca program investasi, mendalami sepak terjang orang-orang yang sukses berinvestasi.

Apa sih Investasi
Pengetahuan investasi tidak hanya untuk kalangan pebisnis, mahasiswa/i jurusan ekonomi, atau bisnis manajemen. Sekarang ini lintas pengetahuan mudah sekali diakses oleh siapa saja termasuk pengetahuan tentang investasi. Untuk memulai investasi setidaknya kita yang ingin menjadi investor pemula perlu menyimak ulasan ini. Bagi generasi Milenial/milenials, yaitu generasi muda mulai usia 17 tahun sampai dengan usia 30 tahunanan - sudah banyak yang menjajaki tangga investasi.

Investasi adalah upaya menyisihkan uang dengan harapan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Intinya adalah uang kita yang diinvestasikan jumlahnya akan terus bertambah.

Kok bisa bertambah jumlahnya, bagaimana caranya?
 Uang kita itu akan dikelola oleh lembaga yang menjalankan investasi. Bentuk pengelolaannya banyak. Dan kita sebagai pemilik uang akan mendapatkan keuntungannya sesuai dengan perjanjiaan di awal. Tidak hanya itu, semakin banyak dan rajin kita berinvestasi maka kelak jumlah uang yang kita investasikan akan bertambah banyak sampai di luar prediksi kita. Tapi untuk bisa sampai ke sana, kita harus cermat memilih model investasi. Dalam bahasa keuangannya di sebut instrumen investasi.

Kita lanjut ke topik kenapa kita perlu berinvestasi?
Investasi itu sebetulnya salah satu jalan agar seseorang cepat kaya. Tidak berinvestasi pun juga tidak masalah. Jadi sifatnya opsional. Ya tepat, investasi itu adalah pilihan setiap orang. Karena hampir tidak ada orang yang tidak ingin cepat kaya maka investasi sebagai kendaraan kekayaan begitu banyak diminati orang. Apalagi corak orang-orang moderen sekarang ingin memaksimalkan uang yang mereka miliki. Ibaratnya kalau bisa dapat tambahan penghasilan setiap bulannya kenapa juga tidak dicoba. Hasilnya investasi sudah menjadi bagian dari lifestyle.

Motif milenials berinvestasi awalnya coba-coba. Biasanya semangat mencoba mereka tumbuh sesaat mengikuti seminar investasi. Cukup bermodalkan Rp. 100.000 sudah bisa membeli saham. Apa itu saham? Saham adalah bukti kepenyertaan modal kita dalam sebuah usaha/perusahaan. Tawaran investasi untuk milenials memang terjangkau. Itu semata-mata agar mereka langsung praktek investasi. Dan setelahnya sebutan mereka adalah investor.

Motif selanjutnya adalah iming-iming mewujudkan dream. Mimpi kaum milenials yang begitu wah dan rasa-rasanya sulit dijangkau kalau hanya mengandalkan penghasilan rutin per bulan. Mereka perlu loncatan penghasilan di atas penghasilan rutin. Dan itu bukan mustahil akan terwujud setelah mereka menginvestasikan uangnya secara rutin.
Tabungan adalah bagian dari investasi. Deposito juga bagian investasi. Hasil dari keduanya sebagaimana uang yang sisihkan minimal setiap bulannya nominalnya sama, diujung waktu yang diinginkan jumlahnya mengalami peningkatan, namun belum sebanding dengan melakukan investasi.

Selain keinginan mewujudkan mimpi yang besar, anjuran milenials agar berada dalam kondisi merdeka secara finansial merupakan motif yang sering disampaikan dibanyak seminar investasi. Hal ini agaknya belum disadari dampaknya bagi milenials karena wajar saja usia mereka masih enggan meneropong kemungkinan-kemungkinan memasuki usia ringkih.

Lalu investasi apa yang pas untuk milenials.
Praktis, tidak beresiko, dan dapat dimonitor sewaktu-waktu. Dikenal dengan reksadana, ialah penyedia fasilitas paket investasi yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer yang mengerti betul bagaimana sebaiknya sejumlah uang diinvestasikan. Bagi para pemula, kebingungan memilih jenis investasi adalah sesuatu yang wajar, maka disediakanlah reksadana. Dengan begitu penyesuaian memasuki dunia investasi menjadi terarah.

Dalam reksadana, investasi yang ditawarkan berbentuk portofolio. Daftar investasi yang terdiri dari saham, obligasi. Saham dan obligasi adalah instrumen investasi yang populer. Sedikit tentang obligasi, yaitu bukti pemberian pinjaman kepada pihak yang mengelola dana investasi.

Kita yang berada di usia produktif kiranya sudah memiliki cara bijak mengelola uang lebih di setiap bulannya. Boleh dengan menyisihkan ke reksadana dengan membuka sejenis rekening di lembaga-lembaga penyedia Reksa Dana, seperti di Ajaib, atau lembaga yang terbukti mapan dan aman. Kategori keamanan dan keandalan penyedia reksadana yang terdaftar di otoritas jasa keuangan.
Nominal penyetoran bahkan hanya Rp.10.000. Atau memilih menabung emas dengan membeli logam emas secara bertahap hingga target ideal tercapai atau yang lebih simpel dengan mentransfer uang sisa konsumsi  ke rekening khusus tabungan masa depan.

Jangan sampai masa keemasan kita tidak meninggalkan keberhargaan yang bernilai untuk hari esok yang kita pun masih sukar menerka kebahagiaan yang seperti apakah yang akan kita nikmati.

Sebelum penutup, sejurus pendek tips berinvestasi dari saya: pertama pahami betul model investasi yang akan dipilih, kedua terus tingkatkan nilai investasi, dan ketiga perbaharui selalu persepsi diri bahwa modal investasi tidak hanya uang.

Mari kita syukuri nikmat deklarasi Sumpah Pemuda dengan cita-cita luhur - kemerdekaan finansial yang sesungguhnya. Selamat memilih investasi teman-teman milenials.



Wednesday, August 17, 2016

Menghantarkan Bangsa yang Besar

Oleh Bagus Styoko Purwo


Apalah arti pertambahan usia di balik indahnya perjalanan hidup bagi kita yang menginginkan perubahan pada hal-hal dalam diri. Tercapainya usia di bilangan tertentu bisa jadi tanda jelas bahwa kita memang pantas mendapatkannya. Sama halnya ketika bangsa ini memasuki usia bestari, kita terbawa memasuki keluasan pelita kehidupan yang sesungguhnya - terangnya harapan dari semua yang kita dambakan.


Mengenali Posisi Diri
Seorang bijak berpesan agar jangan menunda pekerjaan berikutnya setelah pekerjaan yang ia kerjakan selesai. Sebabnya siapa yang mengetahui apakah kesempatan yang sama akan ia peroleh saat pekerjaan yang lalu ia selesaikan. Berikutnya, ia berkata: apa yang telah dipersembahkan selama ia mendayagunakan pemberian-pemberian hidup. Ia mengajarkan itu semua pada murid-muridnya dan tak pernah bosan mengulanginya sehingga mengakar kuat dalam benak dan hati mereka.
Manusia yang berbahagia seperti ujaran seorang motivator bergaya modern adalah mereka yang senang membagikan keberhasilannya. Tak mudah memang menjadi orang yang berbahagia sekaligus menanamkan sebagai teladan yang indah. Siapa pun kita tidak ada pembatas keras yang menyebabkan kita jauh dari keberhasilan seperti itu.
Perputaran era di setiap lini kehidupan berlangsung orang-orang yang menamakan dirinya sebagai profesional menerapkan kinerja dinamis untuk mewujudkan sejumlah target. Mereka hampir sempurna di sebut sebagai manusia peradaban modern. Selain mereka, terdapatlah orang-orang yang menamakan dirinya sebagai korban globalisasi zaman. Mereka gagap mengejar kemajuan zaman yang ditandai dengan perubahan yang amat progres. Lantas di sisi manakah saat ini kita berada?

Sajian Digitalisasi Masa Kini
Manusia digital masa kini berlomba-lomba meraih kenikmatan dari satelit teknologi yang memancarkan kenikmatan yang mereka perlukan. Ada yang memanfaatkannya untuk bisinis, untuk pendidikan, untuk hiburan dan segala macam lainnya. Akibatnya mereka begitu ketergantungan. Apakah itu ketergantungan positif atau justru negatif.
Sisi positif maraknya sajian digitalisasi masa kini membuka ruang manfaat bagi tumbuhnya masyarakat yang edukatif. Masyarakat yang peduli terhadap jalannya tuntutan zaman bahwa keterampilan, kemahiran potensi diri mesti selalu terperbaharui. Dengan begitu peran-peran yang terisi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki mereka. Karena sajian digital merupakan wilayah dunia virtual yang kedinamisan terciptanya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, maka pihak-pihak yang peduli dengan perubahan mengusung situs-situs pembangkit, pembinaan sumber daya manusia. Dan itu mereka senggelarakan dengan cuma-cuma. Siapapun dapat mengakses dan mengikuti program-program yang tersedia. Motif mereka hanya satu yaitu berbagi dan mengisi kesempatan membangun bangsa.
Sajian-sajian itu tak hanya menarik, juga menginspirasi mereka yang belum bisa berbuat banyak bagi bangsa ini khususnya. Di antaranya sebagai berikut

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-32. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Wednesday, September 16, 2015

Jalan Lapang Bagi Pengguna Jalan (Lomba Blogging ditlantas PMJ 2015)

Jalan Lapang Bagi Pengguna Jalan

Bagus Setyoko Purwo
Sebagai pengguna jalan yang hampir habis termakan kemacetan harian, saya menginginkan terus aparat polisi membantu sirkulasi lalu lintas. Kemacetan terbilang menjenuhkan, bahkan sebagai penyebab kekesalan yang suka terlampiaskan pada sesama pengguna jalan. Saya beranggapan, kalau saja para pengguna jalan sanggup menahan diri untuk mengikuti alur lalu-lintas, hal-hal yang makin memacetkan jalan nihil dengan sendirinya.
Aparat Polisi yang ditugaskan di banyak titik kemacetan telah berupaya memaksimalkan diri mengatur laju arah para pengemudi kendaraan. Kalau pun masih terdapat kemacetan yang menghadang laju kita, saya rasa karena kepadatan kendaraan yang melintas. Namun untuk keadaan yang demikian, saya mengharapkan aparat Polisi selalu berada posisi yang menyebabkan kemacetan bias terurai. Antisipasi seperti pemberlakuan laju buka tutup yang saya jumpai, atau pengalihan rambu-rambu darurat yang sedemikian baiknya sudah terasa mengurangi laju kemacetan.
Jalan lapang bagi pengguna jalan ialah dambaan bagi siapa saja. Hanya saja di beberapa titik jalan kota besar saya masih menyaksikan beberapa aparat polisi yang sepertinya sengaja melakukan pemeriksaan kendaraan di jalan yang padat kendaraan. Dampaknya, justru kemacetan mengekor panjang.

Memang tak ada yang keliru jika penertiban dilakukan oleh mereka, namun patutnya melihat kondisi yang memadai melakukan pemeriksaan kelengkapan bagi para pengendara. Selebihnya, saya mendambakan aparat Polisi yang bertugas mengurai kemacetan mempunyai banyak alternative pemecahan masalah kemacetan harian yang dinamis. Sebab penyebab kemacetan tidak hanya disebabkan oleh padatnya kendaraan, bisa pula karena kendaraan mogok, atau kecelakaan. Nah, dari sekian penyebab kemacetan tersebut, kecermatan aparat Polisi diperlukan segera. Sebabnya, jalan lapang bagi pengguna jalan tidaklah melulu menambah luas ruas jalan, atau menambah ruas jalan baru. Aparat polisi sebagai sahabat masyarakat mestinya menjadi moto yang mempribadi dalam setiap anggota polisi, terutama polisi lalu lintas.

Tuesday, August 4, 2015

BUKAN SERIBU SATU ATM BNI

BUKAN SERIBU SATU ATM BNI
TOPIK PENGALAMAN BERSAMA BNI
BAGUS SETYOKO PURWO
#69TahunBNI
Saat ini saya tercatat sebagai nasabah aktif tiga bank konvensional bertaraf.  Salah satunya BNI. Awalnya karena alasan mempermudah pembayaran honorarium mengajar, menulis part time, jadilah saya nasabah yang merasakan kenyamanan menggunakan fasilitas BNI. Seterusnya diperjalanan bulan ke bulan saya masih nasabah setia Bank BNI.

Perkembangan dunia perbankan mencapai tahap persaingan sehat yang mumpuni. Sehingga permainan strategi dalam bentuk pelayanan bagi nasabah menjadi penentu diminati masyarakat luas. Berbagai produk unggulan perbankan saling merayu, mengiming-imingi kelebihan yang diperoleh dsb. Bolehlah mereka berebut “pasar” dengan master plan yang sedang berjalan. Namun konsekunsi bisnis dari master plan itu merupakan pondasi yang menjaga kestabilan perbankan.

Penggalan dua kata judul di atas saya pinjam dari kisah seribu satu malam yang konon mencandu ditelinga baginda raja – yang bahkan memanjang sampai akhir hayatnya. Hampir serupa ketika kali pertama saya mendaftarkan diri sebagai nasabah Bank BNI, petugas bank menuturkan produk-produk BNI. Searah dengan yang ia jelaskan, memahami urutan produk-produk, saya menepi pada produk tabungan (saya lupa nama produknya) dengan tujuan utama untuk menerima transferan per bulan dari beberapa sumber. Saya menyepakati butir-butir ketentuan yang ia sodorkan, beserta ATM yang langsung diaktifkan. Pertimbangan patut saya membuka rekening disalah satu bank ialah konfirmasi validitas data diri saya yang tidak terlalu merepotkan (pengalaman membuka rekening di bank besar, kesan yang saya dapati mengapa data diri yang saya berikan perlu juga mendapat konfirmasi dari keluarga saya melalui no telp rumah. Padahal saya akan menitipkan sejumlah uang saya di bank itu. Sejak itu saya putuskan tidak menjadi nasabah bank itu).  Mulailah saya mengoperasikan rekening BNI. Dengan kepastian yang saya akan peroleh: kemudahan mengakses fasilitas yang melekat pada nasabah.
***
Empat tahun lalu, semasa kuliah, tiap awal semester interaksi saya dengan Bank BNI merupakan jalan utama saya melanjutkan ke jenjang semester berikutnya. Pembayaran uang kuliah sampai dengan pelunasan uang wisuda tertera no rek Bank BNI. Selain mudah dijangkau yang tak jauh dari kampus, pertimbangan kampus agaknya disebabkan kredibiltas Bank BNI yang tak lagi diragukan. Memang nyatanya Bank pilihan kampus mudah ditemukan di setiap kawasan bisnis di kota saya.  

Keunggulan tiap bank pada saat ini satu sama lain hampir menyerupai. Ini merupakan kejala positif bahwa kehadiran bank-bank umum mesti membantu masyarakat dalam bertransaksi semudah mungkin, sepraktis mungkin, dan seluas mungkin. Cangkupan bank sebagai penghimpun dana masyarakat, seterusnya – merambah ke hubungan antar klien. Bahwasanya nasabah adalah penggerak kinerja perbankan. Pada ranah luas, mempermudah nasabah mengambil (mendebet) uangnya atau difasilitasi pembiayaan kartu kredit, pembiayaan pinjaman, pembiayaan KPR, dana persiapan hari tua, dana persiapan pendidikan anak, dana umroh/haji. Dalam hal ini Bank BNI sudah optimal menyediakan fasilitas tersebut.

Ketika saya berada di sebuah kota, saat bertamasya atau kunjungan kerja – tempat ketiga yang informasinya harus saya dapatkan adalah apakah tersedia gerai ATM. Walau saya memiliki lebih dari satu rekening bank yang berbeda, naluri ekonomi saya tergerak agar menyambangi ATM Bank yang berlogo rekening Bank saya. Untungnya dari sekian ATM bank-bank umum popular, ATM Bank BNI tersedia di hampir setiap SPBU besar, atau rest area, airport, terminal bus. Selanjutnya, ketersediaan jaringan akses yang belum saya dapati ATM BNI sedang offline. Dengan begitu saya memutuskan perbekalan uang saku amannya, simpelnya, mudahnya – hanya meloloskan kartu ATM dari dompet, menyodorkan ke mulut ATM, mengetik PIN, memilih sejumlah uang – proses penarikkan uang berhasil.

Hampir semua hajat kehidupan kita sebagian besar melalui media perbankan. Pengelompokkan rekening-rekening saya berdasarkan kebutuhan saya. Rekening bank A untuk pembayaran cicilan KPR, rekening bank B untuk dana tabungan haji, dan rekening Bank BNI untuk kemudahan saya menerima honorarium bulanan dan pembayaran premi BPJS. Antrian yang mengekor di belakang badan ATM selintas cerminan kepercayaan nasabah yang berlipat-lipat. Selalu berkhas antrian sehabis gajian bulanan. Tercatat sekitar 9000-an ATM BNI terbagi di masing-masing wilayah. Dengan begitu memangkas waktu antrian saya.

Selebihnya, saya berharap Bank BNI berkomitmen menjaga para nasabah dengan pemberian fasilitas yang kian meningkat seiring laju perubahan zaman. Rasanya sebagai nasabah Bank BNI saya mendambakan suatu ketika Bank BNI turut dalam pembangunan sumber daya perbankan dengan mengusung nilai-nilai kemanusiaan – yang tidak melulu profit oriented sepihak.