Friday, October 31, 2014

LOMBOK SEBAGAI "KEKASIH"

Ragam destinasi terbaik di salah satu pulau kebanggan kita ini adalah bukan pemberian gratis semata dari Illahi.
Liburan adalah hak semua orang. Dengan berlibur kita memperoleh banyak pengetahuan yang berhubungan dengan local wisdom. Kekayaan budaya yang melatari daerah wisata yang kita sambangi juga merupakan faktor penentu ketertarikan kita untuk bertekad ke sana. Maka tiada lokasi yang tidak mungkin tidak bisa dikunjungi. Termasuk Lombok – yang dari segi akses transportasi sudah memadai untuk berada dalam pilihan kunjungan wisata, terkhusus bagi saya.
Pada beberapa lembar berikutnya saya hendak membahas Lombok tidak hanya sebagai lokasi strategik pariwisata yang nyanter sampai ke negeri-negeri orang. Jadi jangan salahkan jika dikemudian hari yang entah di awal-awal kejayaan Lombok atau setelah itu terjadi pengalihan pengelolaan lokalitas setempat yang semestinya menjadi  point detail pemerintah setempat. Lombok sebagai pusat kebudayaan setempat yang merupakan warisan yang tiada bandingannya, serta sumber-sumber potensi kealaman Lombok, yang dengan begitu begitu ekspansi pariwisata Lombok semakin mendunia dan diburu oleh para pelancong.
Lombok berada di antara minat pelancong yang secara umum hanya berwisata dan secara khusus sekaligus mempelajari kebudayaan (baca: riset). Kehadiran mereka di tanah yang berada di garis wallance selain sebagai sumber pendapatan daerah yang terakumulasi dalam pendapatan nasional di sektor pariwisata merupakan feedback positif atas promosi formal atau kabar mulut ke mulut. Bahwa penyajiaan di Lombok mempunyai kesan yang berbeda dari tempat-tempat yang lain. Tentu di sini terdapat kinerja yang baik dalam pelayanan pengujung. Entah telah di sadari atau belum, bahwa setiap daerah mempunyai stigma, citra yang muncul dari sejumlah pengalaman yang menjadi asumsi dasar dan beralasan dari para pengunjung, baik itu kepuasan dan ketidakpuasan. Sehingga dengan adanya stigma yang menguap setidaknya bisa dijadikan evaluasi atas semua pelayanan yang sekiranya perlu dimaksimalkan lagi. Dan ini tidak menutup kemungkinan terjadi di Lombok.
Gerbang Pertama Lombok
Sebagai gerbang masuk pulau lintas udara, Bandara Internasional Lombok yang menggantikan peran Bandara Selaparang, telah beroperasi sejak Oktober 2011. Hal ini dilakukan guna akses yang lebih terjangkau dan cepat. Penggunaan bandara tersebut sebagai salah satu fasilitas pariwisata dengan ditunjang ketersediaan maskapai yang mencukupi kebutuhan. Peningkatan fungsi ini diharapkan semakin memudahkan para pengunjung tanpa lagi merasa sungkan mendarat di bandara ini. Hal ini berbeda jika para wisatawan yang meneruskan perjalanannya dari Bali terus ke Lombok. Pilihan sarana transportasi yang ada sesuai dengan selera para wisatawan. Misalnya bagi mereka yang menggunakan jasa fast boot berangkat dari pelabuhan Bai menuju pelabuhan Lembar. Atau yang ingin lebih cepat menggunakan jasa pesawat.
Akses kunjungan yang perlu mengalami peningkatan dilihat dari dua segi. Pertama keterjangkauan sarana yang tanpa perlu banyak waktu yang terbuang menunggu keberangkatan. Kedua keekonomisan harga. Di sinilah letak tantangan Lombok sebagai pulau yang tak hanya kaya panorama, mampu memberikan kepuasaan yang terjangkau dari sisi ekonomis. Untuk ini perlu semacam koordinasi terpusat dari Kementeriaan Pariwisata.
Berlibur. Dan sekali berlibur kenyamanan yang dicapai sungguh-sungguh sebanding dengan yang dikeluarkan. Citra Lombok jika ingin naik kelas. Eksklusive. Pengenaan ini dilakukan untuk wisatawan yang memang sedari awal menginginkan full fasilitas yang menyenangkan. Tidak itu saja, sebagai salah satu laboraturium kebudayaan, Lombok yang berkembang bersama dengan hadirnya suku Sasak. Suku yang telah mempunyai pedoman kebudayaan sebagaimana yang telah tertulis dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari kerajaan Majapahit. Sebagai lomboq Mirah Sak-sak Adhi, keahlian masyarakat Sasak dalam menjaga eksisitensi kebudayaan mereka sangat gigih. Dan ini adalah peluang yang membuat wajah Lombok semakin elok.
Kecantikan sebuah pulau yang terbilang tidak lagi di usia belia, seperti Lombok yang tumbuh kembang dewasa, menuju kemandirian yang siap “dipersunting”. Kemolekan tubuh Lombok merupakan anugerah yang bukan tanpa perawatan yang ketat agar selalu nampak “seksi” terlebih “menggoda”. Pada sisi ini, saya yang mengamati Lombok sebagai salah satu tujuan wisata yang menggoda. Menggoda diluar batas-batas. Menggiurkan banyak mata dengan niat yang tidak tertebak. Jika pengalihan fungsi perawatan tidak sebagaimana kinerja profesionalisme pariwisata, bukan tidak mungkin bagian-bagian “vital” pulau ini tidak lagi menjadi daya tarik utama. Sebab letak “vital” dari sebuah pulau yang “cantik”, “menawan” adalah wajah asli, bahasa tubuhnya.
Wajah asli Lombok adalah budaya yang terlestari. Wajah asli yang sedari awal memang cantik tanpa perlu makeup yang berkelas tetaplah terlihat cantik bahkan kharismatik. Bahasa tubuh adalah gerak-gerak yang menjadi kekhasan dan lembut di hati, sedap dipandang, mengiang di kepala. Bahasa tubuh yang abadi adalah kebiasaan-kebiasaan baik, santun, serta memproteksi diri terhadap pengaruh dari yang negative. Tetaplah pada porsi yang terbaik jika bahasa tubuh itu mampu menyeret kesan dibenak bahwa masyarakat pulau begitu ramah, dan saling menjaga.
Destinasi Terbaik
Tuhan menghadirkan Lombok tidak dalam batas-batas yang minimal. Tuhan hamparkan semua panorama yang terkiaskan “Serpihan Keindahan Surga”. 
Pantai Senggigi yang terletak di pesisir sebelah barat Lombok. Kekayaan yang terkandung berupa panorama laut yang indah dan hamparan lautan yang menghadirkan ketenangan bagi para wisatawan.
Pura Batu Bolong yang tak jauh dari pantai Senggigi. Menawarkan ruang sejarah yang konon cerita yang berkembang ada seorang perempuan yang sengaja mengorbankan dirinya menjadi santapan Hiu. Tidak hanya satu versi yang membuat pura ini terkesan mistis. Dan itu salah satu daya tarik kunjungan.
Pulau Gili yang merupakan pulau-pulau kecil yang menggugus dilepas barat laut Lombok. Tiga pulau yang menjadi favorite kunjungan seperti Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawang.
Sajian destinasi terbaik telah Tuhan ciptakan dengan kesempurnaan yang tiada batas. Sesungguhnya pengelolaan penuh adalah tugas kita. Sebagai warga Negara yang mendambakan objek-objek wisata berkembang dengan pesat. Dan suatu ketika menjadi sentral pariswisata dunia. Kunci keberhasilan guna mencapai itu ialah perbaikan yang berkesinambungan dari semua element masyarakat lokal.
Lombok sebagai “kekasih” saya rasa adalah milik bangsa ini. Ketika ada bangsa lain yang menggoda Lombok untuk berpaling dari kita, disitulah kewaspadaan kita melebihi rasa khawatir Lombok akan segera dipersunting oleh selain kita.   





No comments: