Pengarang : @edi_akhiles
Penerbit :Diva Press, Yogyakarta
Cetakan: Desember 2013
Tebal :192 halaman
Cerita yang menarik selalu muncul
karena kemahiran penulisnya (Bagus Setyoko Purwo, 2013)
Selalu saja setiap kali saya hendak membaca, membeli atau
sekedar melirik sebuah buku terbaru/lawas, yang saya baca pertama adalah
siapakah penulisnya, kedua, apa judul buku itu, ketiga dan selanjutnya
memungkinkan saya untuk membaca lembaran
ke lembaran berikutnya meski dalam posisi berdiri atau langsung mengapit buku
itu sebagai buku pilihan, lalu menuju rak buku berikutnya –eksekusi selanjutnya
transaksi dengan kasir.
Hal demikian saya alami ketika mengetahui bapak Dr. Edi
Mulyono, M.Ag akan melaunching buku kumcer pertama beliau. Saya tertarik bukan
karena buku kumcer itu akan go public,
melainkan ketertarikan saya pada cara beliau
bercerita yang kerap menukilkan, mengadopsi hingga mengkodifikasikan
hal-hal baru dengan cara beliau dan saya harus mengetahui pesan-pesan
eksplisit, implicit pada setiap yang beliau ceritakan itu. Memang pada akhirnya
sebuah karangan yang baik adalah yang mampu mengguggah pembacanya setelah
rampung pada lembaran terakhir.
Saya sengaja memfav-kan twit teman-teman yang sudah mengulas
buku pak edi untuk bahan pembelajaran saya bagaimana cara mengulas yang baik
(objektif, terarah serta dinamis) sebab saya pemula dalam pengulasan karya
sastra.
Ada cerita yang dilatarbelakangi oleh pengalaman hidup
penulis itu sendiri.Ada pula cerita yang dilatarbelakangi oleh
fenomena-fenomena yang merebak. Ada juga cerita yang dilatarbelakangi dari
ceritanya orang lain yang dikembangkan sedemikian menarik oleh penulisnya yang
dia itu merupakan teman curhatnya atau teman seperjalanan yang kemudian
berpisah karena masing-masing menempuh perjalanan yang berbeda. Dan untuk
ketiga yang saya ungkapkan diatas itu, kesemuanya memenuhi dalam antologi
Penjaja Cerita Cinta.
Saya menaruh kesan justru bukan pada cerpen pak Edi yang
pertama, kedua, atau ketiga.Tidak sebagaimana buku antologi cerpen yang
beberapa saya baca meletakan cerita andalan diurutan pertama.Mungkin karena
Penjaja Cerita Cinta merupakan judul utama dalam buku kumncer beliau itu.Namun
saya justru terkesan pada lembaran ke-65, Dijual murah surga seisinya.Jadi
acuan saya mengulas buku beliau adalah cerpen-cerpen yang sesuai subjektivitas
saya sebagai pembaca kumcer beliau sangat berkesan.
#Dijual Murah Surga
Seisinya.Saya jadi
ingat petuah-petuah kebajikan selepas menghadiri ceramah, tabligh akbar yang
kerap mengumandangkan pentingnya berbuat baik setiap saat. Serampung membaca
cerpen itu pikiran saya membuana dan membesitkan tanya; Apa ini bagian langsung
dari moment spiritual yang pak Edi alami? Seseorang berusia lanjut yang dalam cerita itu
dikisahkan menghambat pencapaian si aku yang menyuruh May menunggu dipuncak
Borobudur. Ada dialog dialektis antara tokoh aku dengan pak tua itu. Tawar
menawar yang kurang lebih sama dengan transaksi dipusat oleh-oleh bawah candi,
tapi yang berbeda adalah wujud yang sedang ditransaksikan itu. Mahar atau dalam
istilah ijazah amalan tertentu baik itu ilmu hikmah atau ilmu makrifat adalah
kesanggupan kita memenuhi persyaratan utama, semisal puasa atau bisa dikonversi
dalam rupiah.Yang menarik adalah pertemuan kesadaran si aku dalam
mengkalkulasikan kisaran pada umur 12 tahun sudah melaksanakan sholat jumat
dengan asumsi masa hidup selama 70 tahun.Setelah dikurangi ketemu lamanya
perjalanan jumatan yang si aku lakukan selama 58 tahun.Tidak itu saja,
kesadaran berbagi yang si aku lakukan dalam bentuk infaq sebesar seribu rupiah,
bila dikalikan dengan perjalanan jumaatan itu hasil yang diperoleh setelah
banyak keberhasilan yang si aku peroleh hanya dua juta tujuh ratus delapan
puluh empat rupiah.
Cerpen ini menganut alur maju dengan setting dua
tempat.Ketika pertama si aku mendapati sosok pak tua itu, latar Borobudur
dengan pendakian anak-anak tangga ke puncak candi dan kedua dikediaman si aku
yang kembali meruang pertemuan bersarat spiritual.Pada kedua keadaan tersebut
porsi yang digarap pak Edi terasa imbang.
Tidak berhenti disitu bahwa surga dijual dengan harga
murah.Semakin kesana waktu yang si aku lakoni berbuah banyak atas upayanya yang
tekun si aku lakukan sampai pada kontemplasi yang menemukan titik spiritual
yang menggugah bahwa apa-apa yang si aku telah lakukan dalam berbagai bentuk
kebaikan belum sebanding dengan sangat banyak dosa yang telah diperbuat, entah
itu yang memang diketahui sebagai dosa atau bukan dosa (hal 72).
Melurus dari yang beliau tulisankan itu saya yakin betul
cerpen itu adalah landasan filosofi kemanikan pak Edi dalam banyak project yang
beliau motori yang semata-mata beliau niatkan agar semua orang yang mengikuti
project-project beliau masuk surga semua. Bukankah “kendaraan” pak Edi yang
menghantarkan kita kesurga masih mencukupi untuk siapa saja yang ingin bersama
beliau.Dan bagi saya sosok bapak Tua itu adalah Kanjeng Nabi Khidir as yang
dengan bebas mendapatkan delegasi dari Tuhan untuk menyerupai siapa pun untuk
menemui hamba-hambaNya yang dikehendakinya.
#Menggambar Tubuh MamaSaat membaca judul ini saya
berkeyakinan bahwa pak Edi pernah terinspirasi dari cerpen Menggambar Ayah
(MA). Saya pembaca karya-karya mas Sulak dan pada sebagaian cerpen beliau saya
mempunyai kesan yang mendalam, terlebih karena gaya penuturan beliau yang lugas
dan tentu memikat pembaca. Hanya terdapat sedikit kesamaan antara cerpen pak
Edi dengan mas Sulak.Terutama pada pergulatan alur cerpen menggambar tubuh
mama, pak Edi berjalan dengan lampion cerita pilu seorang anak yang ditinggal
wafat ibunya akibat kegeraman para lelaki yang membenci mendiang
ayahnya.Sedangkan pada cerpen MA tokoh si ibu justru tidak menginginkan anaknya
lahir karena kecerobohannya kala tidur dengan banyak lelaki.Terdapat dua
perangai yang berlawanan antara tokoh ibu Menggambar tubuh mama yang sangat
memproteksi anaknya dari intimidasi kekerasan dengan tokoh ibu Menggambar Ayah
yang malah meracuni janin dikandungan si ibu yang sadis. Kesadisan yang berbeda
konflik namun dengan begitu kesadisan yang marak terjadi saat ini mengajarkan
kita untuk tidak seperti itu.
Apa yang sama? Kesamaan yang saya temukan dalam cerpen ini
adalah sama-sama berakhir dengan kesunyian diri. Si anak tidak lagi menjumpai
ibunya dalam kehidupan nyata, yang otomatis tidak lagi mendapatkan limpahan
curahan kasih sayang sang ibu.
Cerpen menggambar mama meski dikayai dengan diksi-diksi yang
menawan, namun bila tidak cukup ketat memilih diksi yang dipadukan dalam
rangkaian kalimat selanjutnya akan terasa mengganggu imajinasi pembaca seperti hitungan
milidetik bak laju M-1 VR46 (hal. 73) dan pada ending yang pak Edi tulis
terasa agak tidak koheren dengan alur cerita (Desau angin melengking
berderik-derik penuh luka dan tangis di seantero gurun pasir).Padahal sejak
awal cerita pak Edi tidak memilih tanah arab sebagai settingnya.Dengan demikian
keyakinan saya tak salah jika pak Edi memang pernah terinspirasi karya mas A.S.
Laksana itu, yang dikenal juga dengan sebutan mas Sulak –bagi teman-teman
sesama penulis.
#Tak Tunggu Balimu.Tema dasar cerpen ini menurut saya
adalah filsafat hermeutika.Sepertinya ini curcol pak Edi ketika menempuh mata
kuliah Prof Amin Abdullah.Seketika saja saya teringat konsep antroposentris
yang diperkenalkan oleh Prof Musa Asyari.Si aku menceritakan betapa menyebalkan
sosok yang digambarkan adalah seorang anak yang menyebalkan, yang selalu
meledek si aku.Tidak ada konflik perseteruan yang menegangkan pada cerpen
itu.Cerpen tersebut lebih condong menyoroti sisi intim dari hermeutis beserta
tokohnya.Saya tidak mempunyai kesan yang mendalam setelah mengusai lembar
terakhir cerpen itu kecuali kilas balik kajian filsafat dari segmen yang telah
saya ketahui.
#Si x, Si x And God. Jangan berharap untuk mendapatkan
setting cerita yang menggoda, indahnya sebuah tempat dengan taburan pelangi
kata-kata ciptaan sang penulis itu. Tidak akan ditemukan secuil pun di cerpen
itu. Ini adalah cara pak Edi menyampaikan gagasan inspiratif tanpa menghadirkan
indahnya metaphor kata-kata – tidak berlaku majas dalam hal ini. Sejak awal
cerita ini berlangsung sudah menunjukkan narasi percakapan yang
nyinyir.Menyinggung orang ekonomi yang malah perekonomiannya tidak
mapan.Mindset, baik itu dalam hal kecil atau besar adalah cikal bakal yang
membentuk hasil diakhirnya.Yang menarik dari percakapan dua arah ini adalah
keterbukaan pikiran untuk menerima kekurangan diri dalam mengarifi
kehidupan.Bahwa sesungguhnya kehidupan itu adalah mindset yang terkonkretkan
dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang produktif, namun tokoh kedua kamu dalam
cerpen itu rupanya belum bisa membedakan mana itu konkret dan abstrak.Melalui
pertukaran pikiran dikeduanya hingga pembuktian keterlibatan, kehadiran Tuhan –
melalui sholat.Kesan yang menakjubkan justru saya peroleh pada ide dasar
mindset dengan polesan dialog-dialog edukatif yang menggugah.
#Love Is Ketek,
#Secangkir Kopi Untuk Tuhan, #Cinta Cantik. Tiga judul itu adalah cerpen-cerpen
yang secara ide menarik, namun dalam penggarapannya agak tidak memperhatikan
penyertaan kosakata.Sebagaimana cerita yang menarik sejak permulaan paragraph
kata-kata yang diusung adalah kata-kata yang menggoda dan nyaman untuk dibaca.
Pada Love is Ketek. Ide dasarnya adalah bau badan si kekasih.Hanya karena BB
maka hubungannya pun terancam bubar.Menarik.Sebagaimana percintaan anak muda
yang kerap dirundung masalah keegoan, maka cerpen ini mewakili permasalahan
keharmonisan percintaan.Namun sangat disayangkan bobot konflik yang dinarasikan
kurang maksimal.Terlebih cerpen ini bergenre humor – untuk genre ini pak Edi
belum berhasil menarasikan humor meski judul yang beliau gunakan adalah bernada
guyon.
Secangkir kopi untuk Tuhan.Cerpen yang berlatar Malaysia
berkabut duka atas meninggalnya raider dunia Marco Simoncelli.Nuansa duka yang
begitu mendalam seperti tidak ada yang mampu menyeka si aku atas
kesedihannya.Bahkan kesedihan yang menjadi-menjadi membuat si aku tidak
bergairah ngapa-ngapain.Dramatisasi yang bagus ternarasikan dengan sempurna
sebagai kepiluan si aku.Saya suka visualisasi dramatisir yang pak Edi tuliskan
dengan tempo cerita yang kalem hingga mengakhirinya dengan meninggalkan Negara
Jiran – menyapu bersih kesedihan yang mendalam atas peristiwa itu.
Cinta Cantik. Cerita tentang perempuan cantik, perempuan
seksi, perempuan dari berbagai segi kemolekannya adalah cerita yang tidak
pernah habis dalam satu obrolan, dalam satu cangkir kopi atau dalam satu
bungkus hisapan rokok.Sebuah realitas seorang anak muda yang mendambakan sosok
perempuan cantik yang tiba-tiba muncul dalam mimpinya. Terjadilah dialog dialam
bawah sadarnya. Dan kesimpulan dialog di alam itu adalah tidak cukup murah
alias mahal untuk mendapatkan perempuan itu. Saya menikmati setiap pergeseran
plot sambil membayangkan betapa tidak beruntungnya anak muda itu. Sebelum
mendapatkan yang nyata, kesiapan secara materi terbukti tidak lulus ketika ia
berjumpa dengan perempuan itu di alam mimpi.
#Tamparan Tuhan, #Abah,
I Love You, #Lengking Hati Seorang Ibu yang ditinggal mati anaknya, #Aku Bukan
Batu
Cerita-cerita yang berkisah dari masa lalu biasanya ditulis
dengan sisi-sisi kenyamanan si penulisnya.Cerita-cerita itu beriringan
mengandeng kalimat-kalimat, frase-frase yang menerangkan bagaimana itu bisa
terjadi, kapan itu terjadi, kenapa itu bisa terjadi, dan siapakah yang dimaksud
dalam cerita itu.Ketiga cerita di atas pandangan saya pasti cerita nyata dari
sekian banyak peristiwa yang pak Edi alami.Hanya saja pada cerpen tamparan
Tuhan muatan yang terkandung adalah pantulan dari kehidupan manusia. Jelas
maksud dari muatan itu: bila manusai baik maka akan menjadi baik semuanya.
Begitu juga dengan cerpen Abah, I Love You. Cerita yang
menyaratkan ketidaksukaan penulis kala masa-masa kecilnya, remajanya yang
terkekang oleh idealism Abah yang belum ia mengerti. Memang begitulah kelemahan
seorang anak yang tidak akan pernah mampu menangkap maksud-maksud baik orang
tua sebelum kebaikan-kebaikan yang orang tua dambakan terjadi. Cerpen itu
bergerak dengan alur yang urut.Menceritakan masa lalu yang dengan jalan waktu
bertemu dengan waktu terbaik yang menjawab semua yang selama ini abah lakukan
padanya.
Cerita lengking hati seorang ibu yang ditinggal mati
anaknya.Cerita yang menyiratkan ketidaksiapan ibu menerima kenyataan anaknya
meninggal.Bagi saya cerita ini cukup berkesan.Melalui bahasa keibuan yang rela
menggantikan nyawa anaknya demi keberlangsungan si anak hidup di dunia.
Cerpen aku bukan batu, menggambarkan kesejatian manusia yang
sesungguhnya adalah makhluk Tuhan yang terus menghamba dan beribadah
pada-Nya.Saya hanya menemukan beberapa kata yang agak merusak jalan cerita
seperti Blesssss, Brunggg, Bleeppp.
Semua cerita yang pak Edi tuliskan secara gagasan telah
banyak mengispiratif saya.Cerpen pertama penjaja cerita cinta.Di dalamnya pak
Edi menyiratkan kesetiaan yang penuh pada sosok yang kita cintai.Sejalan dengan
kesetiaan yang terucap maka ujian-ujian kesetiaan dalam bentuk rindu,
perpisahan dan kenangan mesti bisa dilalui dengan sempurna. Penyampaian yang
pak Edi gunakan sebagai narrator tunggal si tukang cerita itu meninggatkan saya
dengan cerpen legenda wong asuh karya Seno GA. Sama-sama mengambil tema si
tukang cerita yang bertutur.
Saya memahami “kenakalan-kenakalan” bahasa yang pak Edi gunakan
sebagai style beliau yang secara usia masih tujuh belas tahun. Artinya masih
sangat pantas menyinggung pornografi, seksualitas, perselingkuhan dan
setarafnya. Pak Edi pada beberapa cerita yang saya anggap blak-blakan seperti
dicerpen Cerita sebuah kemaluan ; alat vital bukan lagi hal yang tabu bila
memasuki ruang sastra. Perselingkuhan seperti dalam cerita munyuk bukan lagi
hal yang tabu, namun telah menjadi gaya hidup popular orang-orang hedon.
Kekaguman saya pada beliau terletak pada kemahiran beliau
dalam merekayasa gagasan, menyulap kata-kata, mengawinkan kosakata satu dengan
yang lain yang kemudian beranak pinak menjadi cerita yang menarik. Namun
ternyata dalam perkembangbiakan anak-anak dari kosakata induk perlu selektif
dalam penggunaannya terutama untuk keutuhan makna dari cerpen-cerpen pak Edi
akhiles – yang saya tahu betul bahwa kiprah beliau dalam dunia literasi sudah
sangat mumpuni.Mohon maaf bila banyak yang tidak berkenan atas ulasan yang saya
buat ini.
Salam takzim saya
Bagus Setyoko Purwo
No comments:
Post a Comment